Mengapa Pariwisata Sumbar Berbeda ? ( Edisi 7 )

Kebiasaan menerima dan menyenangkan tamu sudah menjadi budaya bagi masyarakat Sumatera Barat. Hal tersebut dapat dilihat salah satunya dari ragam kesenian yang ditampilkan saat tamu datang berkunjung ke daerah ini.

Siapa yang tak gembira jika saat kedatangannya disuguhi "tari pasambahan" yang memperlihatkan variasi gerak tari yang dinamis, paduan busana adat yang memikat, irama alat musik tradisional yang unik, serta puncaknya adalah saat tamu dipersilahkan merobek dan mengunyah daun sirih yang sering menjadi pengalaman pertama dengan sejuta kenangan.

Di setiap acara dan daerah di Sumatera Barat, sangat mudah ditemukan suguhan "tari payung", dimana pasangan muda-mudi penari dengan lincahnya memainkan payung sebagai properti utama dalam berbagai gerakan tanpa saling senggol dan menampilkan harmonisasi gerakan yang sangat indah.

Ada lagi "tari indang" yang menampilkan konfigurasi gerakan seperti alunan gelombang yang memukau saat para penari duduk berjejer dengan iringan musik pesisir dan lirik lagu yang dinamis.

Tarian lain yang sering membuat penonton cemas, menjerit sambil menutupi mata adalah "tari piring", dengan keunikan penari yang menggenggam piring kaca di kedua tangannya sambil bergerak lepas dan bebas tanpa sekalipun piringnya terlepas. Puncak tarian ini adalah saat piringnya dipecahkan ke lantai dan pecahannya diinjak-injak dengan kaki telanjang yang pasti membuat penonton tegang menahan nafas berharap kaki penarinya tidak luka, robek atau cidera parah.

Empat ilustrasi tarian dengan jenis gerak dan musik yang berbeda itu saja sudah membuat orang langsung ingat dengan Sumatera Barat, ingin datang dan kembali datang menikmatinya. Apalagi kalau kelak diketahui jumlah tarian Sumatera Barat itu ada ratusan bahkan ribuan jenisnya untuk dinikmati di setiap daerah, tentunya semua akan setuju kalau pariwisata Sumbar itu memang berbeda!

 

#wonderfulindonesia

#tasteofpadang

#edisitujuh

#wisatasumbarberbeda

#marirencanakankesumbar