Mengapa Pariwisata Sumbar Berbeda ? ( Edisi 3 )

Dari berbagai sumber tertulis, hanya tersisa 6 etnis penganut sistem kekerabatan matrilineal (mengikuti garis keturunan ibu) di dunia, etnis Musuo Tiongkok, etnis Akan Ghana, etnis Tuareg Sahara Afrika, etnis Garo India, etnis Bribri Costarica dan etnis Minangkabau di Sumatera Barat Indonesia. Wanita di etnis-etnis ini mendapatkan privilige yang lebih mulai dari proses pengambilan keputusan sampai pembagian hak waris dalam keluarga. Tentunya banyak yang penasaran ingin tahu tentang bagaimana nasib laki-laki di daerah tersebut?

Rasa ingin tahu tentunya wajar, namun tidak bisa dibiarkan berhenti sampai disitu saja, dan harus mengunjungi sekaligus menikmati adat budaya matrilineal tersebut langsung ke Sumatera Barat. Dimulai mempelajari sejarah kerajaan Pagaruyuang dengan Raja-raja yang tersohor seperti Adityawarman yang dapat dinikmati di kompleks Istano Basa Pagaruyuang, Batusangkar. Dilanjutkan dengan mengamati pengalaman kekinian hidup di suasana harmonis masyarakat Minangkabau di Nagari Pariangan yang ditetapkan sebagai Desa Terindah di dunia oleh majalah Travel Budget. Selanjutnya dituntaskan dengan menikmati cara hidup dan menginap di salah satu rumah tradisional Minangkabau di  Kawasan Saribu Rumah Gadang di Solok Selatan.

Dengan mengunjungi tiga lokasi dan objek itu saja dijamin akan meyakinkan wisatawan tentang keunikan Sumatera Barat, apalagi kalau diteruskan ke Kampung Adat Balai Kaliki Payakumbuh, Perkampungan Minangkabau Nagari Sijunjung dan Rumah Mande Rubiah di Lunang Pesisir Selatan serta berbagai destinasi sejenis lainnya. Dengan adat dan budaya matrilineal yang masih terjaga sampai saat ini, wajar semua akan sependapat bahwa pariwisata Sumatera Barat memang berbeda.

 

#wonderfulindonesia

#tasteofpadang

#edisiketiga

#wisatasumbarberbeda

#marirencanakankesumbar