Mengapa Pariwisata Sumbar Berbeda ? ( Edisi 2 )

Rasanya sulit mencari orang yang tidak tahu legenda Malin Kundang yang durhaka kepada Ibu Kandungnya. Walaupun hanya  karena sebuah legenda, rasa penasaran dijamin akan terobati saat menikmati kawasan Pantai Aie Manih tak jauh dari pusat Kota Padang. Ada pantai bersih yang landai, ada Pulau Pisang yang dapat ditempuh berjalan kaki saat pasang surut, dan yang pasti ada diorama yang akan membawa imajinasi untuk membuktikan apakah Malin Kundang benar-benar durhaka atau jangan-jangan Malin Kundang adalah anak yang sangat sayang sekali kepada sang Ibu.

Pasti juga banyak yang pernah membaca novel dan menonton film Siti Nurbaya dengan dilema cinta segitiganya antara Syamsul Bahri dan Datuak Maringgih. Banyak versi dan banyak imajinasi tentang secantik apakah sosok Siti Nurbaya yang saat ini diabadikan sebagai nama Jembatan Wisata di Kawasan Kota Tua Pelabuhan Muaro, Kota Padang. Tentunya imajinasi tersebut akan semakin mendalam saat kita menikmati tenggelamnya mentari di Samudera Hindia dan gemerlapnya Kota Padang saat senja beranjak malam dari Taman Puncak Gunung Padang yang indah dan konon merupakan tempat dikuburnya si jelita Siti Nurbaya.

Dari dua legenda itu saja, Malin Kundang dan Siti Nurbaya, disamping berbagai legenda lainnya seperti kisah cinta Bujang Sambilan di Danau Maninjau, legenda Niniak Gadang Bahan di Danau Kembar, legenda Sabai Nan Aluih di Batang Agam, dan banyak legenda-legenda lainnya yang berkaitan dengan objek-objek wisata yang ada, rasanya memang sulit terbantahkan bahwa pariwisata Sumatera Barat memang berbeda!

 

#wonderfulindonesia

#tasteofpadang

#edisikedua

#wisatasumbarberbeda

#marirencanakankesumbar