Optimisme

COVID-19 memang membuat pariwisata Sumatera Barat tertidur. Objek wisata yang biasanya dikunjungi orang banyak, harus ditutup sementara. Event-event pariwisata yang membuat orang banyak datang, harus ditunda. Orang takut keluar untuk menikmati kuliner. Jalur penerbangan internasional satu-satunya harus ditutup, dan mungkin berikutnya jalur domestik untuk memutus mata rantai dari mobilitas orang datang dari luar ke Sumatera Barat.

Sedihkah insan Pariwisata? Jawabannya pasti iya! Frustasi atau jera kah? Jawabannya pasti tidak! Objek, event dan produk ekraf itu ibarat "anak daro", yang makin dipingit, makin diisolasi, makin dilockdown, makin dirindukan oleh "marapulai" yang sangat ingin datang karena lama tak bertemu selama masa dipingit!

Anak daro akan terus mempercantik dan memperbaiki diri selama masa pingitan, menunggu marapulai datang dengan senyuman...!