GN Sawahlunto, Ombilin Warisan Dunia Menatap Geopark Unesco

Tahun 2018 Geopark Nasional Sawahlunto menjadi satu dari tiga geopark di Sumatera Barat yang menjadi Geopark Nasional. Dua lainnya adalah Geopark Nasional Ngarai Sianok Maninjau dan Geopark Nasional Silokek Sijunjung. Ada 50 situs di Sawahlunto yang menjadi paket penetapan geopark nasional ini.

Kini, Geopark Sawahlunto sedang bersolek bersiap menjadi Unesco Global Geopark (UGGp) pada tahun 2022. Ada perbedaan mendasar situs warisan dunia dan Unesco Global Geopark (UGGp). Jika warisan dunia merujuk pada budaya sebuah tempat unik. Sedangkan UGGp adalah tinjauan secara geologi. Geopark Sawahlunto memang bukan sekadar patahan dan cekungan melainkan sarat akan sejarah masa kolonial Belanda.

Sawahlunto dikenal sebagai penghasil batu bara dengan kualitas terbaik. Kandungan batu bara ini tersebar pada blok-blok sesar yang mengiris-iris wilayah Sawahlunto. Ini sebetulnya keunikan geologi Sawahlunto untuk menatap geopark dunia. Ombilin (kini menjadi Sawahlunto) merupakan Kota Tambang pertama di Indonesia. Di sinilah tambang batubara Ombilin yang kesohor. Lengkap dengan kisah tragis para pekerja paksa yang dirantai untuk menambang hingga meninggal sampai kepada peninggalan yang menjadi warisan dunia.  

Peninggalan bekas tambang sampai sekarang masih dapat dijumpai berupa sisa-sisa kegiatan pertambangan berikut prasarana penunjangnya antara lain: Lobang Tambang Mbah Soero, bangunan Gudang ransoem dan Sirine peringatan bahaya yang masih berfungsi dengan baik serta lokomotif Mak Itam yang terkenal. Ini dieksploitasi oleh Pemerintahan kolonial Belanda selama 30 tahun tepatnya, tahun 1898 hingga 1932.

Kawasan bekas pertambangan ini, Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto (OCMHS) sudah menjadi Warisan Tambang Dunia UNESCO. Yang ditetapkan pada sidang komite World Heritage, Sabtu tanggal 6 Juni tahun 2019 di Azerbaijan. Dari tinjauan geologi, situs ini memiliki cekungan Ombilin yang menghasilkan batubara yang terbentuk pada kala Eosen yaitu sekitar 40-60 juta tahun lalu. Ada endapan batu dengan ketebalan sekitar 700 meter.

Kota Sawahlunto memang surga bagi traveler penikmat hijaunya alam. Kota ini membentang di kaki pegunungan Bukit Barisan, dengan luas 273,45 km2. Sekitar 30 persennya adalah kawasan perbukitan dengan hutan lindung. Sawahlunto memang sempurna untuk kota wisata tambang. Banyak destinasi sejarah dan keindahan alam yang begitu memesona.

1.    Lubang Mbah Soero

Lubang ini adalah saksi pahit pertambangan sekaligus praktik kekejaman Belanda era penjajahan. Para pekerja tambang yang merupakan kriminal dan tahanan politik dari Jawa dan Sumatera, harus bekerja siang dan malam. Tubuhnya mulai dari leher, kaki dan tangan penuh dengan rantai, ini mencegah mereka melarikan diri. Bukan hanya itu, makanan mereka jauh dari kata layak. Banyak pekerja yang meninggal kelelahan atau mendapat siksaan, terkubur di dalam lubang itu.

Nama Mbah Suro, konon merupakan nama mandor pertambangan tersebut. Nama inilah yang sekarang melekat menajdi Lubang Mbah Soero.  Pemerintah daerah sudah merenovasi jalur ini menjadi tempat wisata yang layak dan aman. Terlihat banyak anak tangga untuk memudahkan pengunjung menuju bawah tanah. Meski begitu, keaslian tempat ini masih dipertahankan. Atap dan dindingnya masih terlihat berbahan batu bara. Tempat ini resmi menjadi objek wisata pada 23 April 2008, usai renovasi.

 
2.    Batu Runcing (Batu Runciang)
Kawasan ini terletak di Dusun Sungai Cacang, Desa Silungkang Oso, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto. Batu runcing adalah tumpukan batu karst (kapur) yang memang terlihat meruncing. Lokasi ini menjadi spot fotografi yang menghadirkan panorama dengan keindahan luar biasa. Tempat ini juga sering menjadi lokasi untuk para pecinta olahraga ekstrem, panjat tebing untuk unjuk kebolehan.Tingginya yang mencapai 30 meter memang mengundang daya tarik tersendiri bagi para pemanjat untuk menaklukkan puncaknya.

Selain dua lokasi itu, GN Sawahlunto juga memiliki beberapa lokasi yang indah. Sebut saja, Danau Biru, Rumah bola, Taman Satwa Kandi juga Puncak Cemara. Ada juga Kerkhof di Lubang Panjang dan corong asap yang kini menjadi menara Menara Masjid Nurul Islam Kota Sawahlunto.Wisata akan makin lengkap dengan kombinasi destinasi ala liburan keluarga, seperti Water Boom di Muaro Kalaban, 

Bila menyusuri Sawahlunto kini, kegiatan tambang besar di masa lalu itu, masih terus berbekas. Empat dari tujuh museum di Sawahlunto mengoleksi berbagai barang peninggalan masa lalu dan juga foto-foto. Wisata sejarah diantaranya Museum Gudang Ransoem, Museum Tambang Batubara Ombilin, Galeri Info Box, Museum Kereta Api dengan lokomotif masa bahuela, Gedung Societeit, dan Gedung Ons Belang,