Mengapa Pariwisata Sumbar Berbeda (edisi 26)
Mengapa Pariwisata Sumbar Berbeda?
(Edisi 26)
Ada prinsip kekerabatan etnis Minangkabau yang menggelitik banyak orang, "anak dipangku, kamanakan dibimbiang". Sebuah prinsip yang sering diimajinasikan sebagai beban bagi seorang pria minang, yang disamping mempunyai kewajiban terhadap anak-anaknya, ternyata juga diharapkan membimbing para keponakannya.
Pria minang adalah pria yang tangguh. Karena sistem matrilinial, dari kecil pria minang sudah lebih sering tinggal di surau untuk belajar mengaji dan nilai-nilai kehidupan yang universal. Karena pendidikan menengah yang bagus lebih banyak berada di perkotaan, pada usia sekolah kebanyakan pria minang hidup dengan paman atau kerabat lain yang tinggal di kota, yang biasanya sering disambi dengan menolong usaha sang paman atau kerabat yang ditempati.
Tempaan siklus hidup sedemikianlah yang menjadikan kebanyakan pria minang mempunyai nilai kejuangan hidup yang tinggi, disamping kemampuan komunikasi, enterprenuership, marketing dan lobi, sehingga prinsip "anak dipangku, kamanakan dibimbiang" tadi menjadi warisan nilai turun-temurun yang terjaga sampai saat ini.
Realita prinsip kehidupan tadi sangat mudah ditemukan di keluarga-keluarga minang dan usaha-usaha etnis minang di rantau manapun, namun akan sangat terasa jika anda bisa melihat langsung realita yang ada di seluruh wilayah manapun di Sumatera Barat. Hal itu tentunya akan menambah keyakinan, bahwa budaya dan pariwisata sumbar memang berbeda.
#WonderfulIndonesia
#TasteofPadang
#EdisiDuaPuluhEnam
#WisataSumbarBerbeda
#MariRencanakankeSumbar
