Pacu Jawi (Tanah Datar dan Kota Payakumbuh)

Pacu Jawi adalah tradisi balapan sapi di Kabupaten Tanah Datar dan Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Tradisi ini sudah belangsung sejak lama sebagai perayaan dan hiburan rakyat setelah panen, diselenggarakan secara bergantian di nagari-nagari Tanah Datar, setiap dua bulan sekali dan tiap giliran terdiri dari empat acara yang diselenggarakan pada hari Rabu atau Sabtu.

Walaupun namanya pacu jawi (balap sapi), acara ini sebenarnya bukan semata-mata lomba adu kecepatan sapi melainkan yang terutama adalah untuk melihat kemahiran joki mengendalikan sapi agar bisa berlari di jalur yang lurus. Menurut tradisi kemampuan berlari lurus ini mengajarkan filosofi bahwa yang paling berharga adalah kemampuan untuk tetap berada dalam jalan yang lurus.

Acara Pacu Jawi ini biasanya diiringi dengan sebuah pesta desa yang disebut alek pacu jawi, biasanya menampilkan sapi-sapi yang didandani dengan suntiang (hiasan kepala khas Minangkabau), permainan music seperti gendang tasa dan talempong pacik, tari piring, pasar dadakan, permainan tradisional, panjat pinang, dan lomba layang-layang.


­­­­­Pacu Jawi is a tradition of cattle racing in Tanah Datar Regency and Payakumbuh City, West Sumatra. This tradition has been going on for a long time as a festival and folk entertainment after the harvest. It is held alternately every two months at some villages in Tanah Datar Regency and Payakumbuh City. Each turn consists of four events held on Wednesday or Saturday.

Although the name is Pacu Jawi ( or cattle racing), this event is not foremost the speeds, but skills of the jockeys in controlling the cattle. They must ensure that their cattle run through a straight line. According to tradition, the ability to run straight teaches the philosophy that the most valuable thing in life is to keep on the straight path.

he festivities, or Alek pacu jawi, usually feature the presentation of cows dressed in suntiang (a typical Minangkabau headdress). Many traditional performances like  Gendang Tasa, Talempong Pacik, Plate Dance, impromptu markets, old games, areca nut climbing, and kite competitions enliven this festival.