Sumatera Barat memang bak tanah surga, yang tak pernah kehabisan daya tarik wisata yang menawan.
Mulai dari wisata sejarah, keindahan alam hingga kearifan lokal termasuk kulinernya. Terdapat satu danau yang selalu membuat decak kagum pengunjungnya, karena panorama yang tersaji begitu indah.
Namanya, Danau Maninjau. Terletak di jantung Kabupaten Agam, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Daerah ini merupakan tanah kelahiran Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang kita kenal dengan Buya Hamka. Seorang kesohor ulama, sastrawan, jurnalis dan pengajar.
Tak jauh dari Danau Maninjau, ada museum rumah kelahiran Buya Hamka.
Secara geografis, danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, Sumatera Barat. Danau ini terletak di ketinggian kurang lebih 461 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Danau Maninjau membentang sekitar 100 km persegi dengan kedalaman rata-rata 105 meter. Dari data, danau ini menjadi danau terluas ke-sebelas di Indonesia.
Dari tinjauan geologis, Danau Maninjau merupakan sebuah kaldera dari letusan besar gunung api purba yang menghamburkan kurang lebih 220-250 km3 material piroklastik.
Gunung Sitinjau atau Maninjau Purba meletus sekitar 52 ribu tahun silam. Jejak endapannya bahkan terlihat di Ngarai Sianok dengan ketebalan 220 meter hingga radius 75 km.
Kaldera yang terbentuk itulah kemudian menjadi sebuah danau. Proses terbentuknya serupa dengan Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Batur di Bali. Maninjau merupakan danau terluas kedua di Sumatera Barat, setelah Danau Singkarak yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok.
Ada hal menarik dari sejarah terbentuknya danau ini, dari sisi mitos yang berkembang secara turun temurun, konon asal muasal meletusnya gunung itu berkaitan dengan legenda Bujang Sembilan dan seorang gadis, yang merupakan 10 kakak beradik. Alkisah, gadis ini menjalin kasih dengan seorang pemuda bernama Sigiran. Sayang, hubungan ini tak direstui seluruh saudara lelakinya. Fitnah keji yang berasal dari Bujang Sembilan menerpa kisah cinta dua sejoli ini. Mereka menuduh keduanya sudah melakukan perbuatan zina. Bak tersambar petir, sang gadis tak percaya tuduhan itu berasal dari saudara-saudaranya. Bersama sang pujaan hati, keduanya bersumpah tidak pernah berbuat seperti tuduhan itu. Mereka bahkan nekat meloncat ke kawah Gunung Sitinjau untuk membuktikan kesuciannya. Sebelum meloncat, terucap sumpah dari sang gadis. Jika tuduhan itu benar, gunung itu tidak akan meletus. Namun, jika sebaliknya, akan ada letusan dahsyat dari gunung tersebut.
Gunung Sitinjau kemudian meletus dengan guncangan dan muntahan larva pijar yang sangat dahsyat. Bahkan, letusan ini disebut sebagai ledakan terdashyat kedua di Indonesia setelah Gunung Toba Purba. Jauh melebihi letusan Gunung Tambora atau Krakatau. Sayang, perodik yang terlalu lama membuat referensinya terbatas.
Kini, Danau Maninjau menjadi lokasi wisata yang terus jadi buruan para facebookers dan instagramers.
Apalagi ada sebuah spot yang menjadi trademark kawasan ini. Kelok 44, jalan yang berkelok dari atas ke bawah kurang lebih 10 km dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau. Namun, spot terbaik untuk panorama Danau Maninjau tepat di tengah kawasan kelok 44, yaitu dari sekitar kelok 23 sampai kelok 30.
Dari sinilah terlihat danau membentang dengan hijaunya hamparan sawah. Rancak Bana memang. Danau Maninjau sekarang merupakan sumber air untuk sungai Batang Sri Antokan. Sungai Batang ini kini masuk nominasi Desa Wisata Nasional. Pada bagian hulu terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi terkenal dengan nama Puncak Lawang. Dari Puncak Lawang, traveler juga bisa menikmati panorama hampir seluruh kawasan Danau Maninjau. Perpaduan warna biru dengan gradasi warna hijau begitu memesona membuat kesan tak terlupakan. Ada juga lokasi paralayang buat pecinta olahraga ekstrem pemicu adrenalin dengan suguhan eloknya Danau Maninjau.
Selain itu, bagi para pemancing juga bisa menyalurkan hobinya. Danau ini begitu terkenal dengan budidaya ikan nila dan mas dengan Keramba Jaring Apung (KJA). Pemancing bisa menyewa perahu nelayan untuk sekadar menikmati buaian ombak di danau ini. Tapi, yang tak boleh terlewatkan adalah ikan khas Maninjau, ikan Rinuak. Ikan kecil ini begitu gurih dan nikmat dengan berbagai cara penyajian. Tinggal pesan olahan sesuai selera.
So, bagi para Traveler dan Backpacker, persiapkan diri anda menikmati sesuatu yang beda.